pyf

Thursday, May 5, 2016

mengolah kotoran puyuh

Peternakan – Solusi Kotoran Puyuh Sebagai SumberEnergi Melalui Proses Anaerobic Digester






Mencermati tentang pembuangan kotoran sapi di tepi jalan areal persawahan yang terjadi di daerah boyolali memang sangat memprihatinkan (Suara merdeka, 23-12-09). Entah pemikiran apa yang menghinggapi peternak untuk membuang kotoran ini pada areal terbuka dengan seenaknya. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan mata yang buruk, juga mengakibatkan terjadinya sumber penyakit. Namun secara pasti, kotoran ini dibuang oleh pemilik peternakan burung puyuh yang memang tersebar luas disekitar daerah Boyolali.

Sesungguhnya akar masalah pembuangan limbah ini terjadi akibat dari proses produksi terus-menerus tanpa memiliki konsep pengelolaan pembuangan yang baik. Cara instant untuk menyelesaikan masalah justru menimbulkan masalah baru yang lebih berdampak luas.
Sistem kandang longyam pada ayam sebenarnya bisa menjadi solusi bagi para peternak puyuh. Sistem ini merupakan sistem terpadu yang memadukan usaha peternakan dengan perikanan. Kotoran dan sisa pakan ternak yang tercecer akan jatuh kebawah sehingga berfungsi sebagai makanan bagi usaha perikanan. dan dijadikan makan. Namun sayang, karena biaya yang dibutuhkan untuk membangun sistem ini tidak sedikit sehingga menjadi kendala bagi peternak dengan modal yang terbatas.
Terkait proses pembuangan kotoran secara langsung, pemrosesan awal sebenarnya sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatif yang terjadi. Tetapi nampaknya hal ini enggan dilakukan selain memberikan tambahan pekerjaan bagi para peternak juga mengakibatkan pembengkakan untuk ongkos pembuangan. Sehingga yang dilakukan adalah pembuangan secara sepihak tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi.
Ide untuk membuang kotoran di tepi areal persawahan mungkin bukan merupakan ide yang cukup buruk. Peternak berasumsi kotoran ini akan bermanfaat bagi para petani sebagai pupuk organik. Padahal kotoran yang belum diproses (pengomposan) justru berakibat kurang baik bagi tanaman itu sendiri. Hal ini diakibatkan masih tersimpannya gas-gas yang tersimpan dalam kotoran dan keluar saat terjadi pengomposaan baik anaerob maupun aerob.
Solusi mudah, murah dan berfaedah
Proses pemanfaatan kotoran puyuh sebenarnya dapat diatasi dengan metode sedehana menggunakan proses anaerobik digestion yaitu proses produksi biogas dari material organik dengan bantuan bakteri pengurai. Proses degradasi material organik ini dilakukan tanpa kehadiran oksigen sehingga secara praktis digester (reaktor) tertutup rapat tanpa adanya celah sedikitpun untuk menghindari kehadiran oksigen.
Solusi ini sangat mudah untuk diterapakan oleh para peternak dengan membuat satu atau dua buah lubang isian material (digester) disertai dengan lubang pemasukan dan pengeluaran. Fungsi lubang masukan adalah untuk memasukan kotoran kedalam lubang isian. Sementara lubang pengeluaran sebagai pilihan dalam menguras ampas penguraian.
Selain mudah untuk diterapkan, ongkos yang dikeluarkan untuk membangun sistem ini tidaklah seberapa. Biaya investasi tidaklah sebesar biaya transportasi yang sering dikeluarkan oleh peternak untuk mengangkut kotoran untuk dibuang seperti yang diungkapkan diatas. Ada beberapa pilihan digester berkaitan dengan biaya investasi awal. Peternak dapat menggunakan drum bekas atau tower air yang dibenamkan kedalam tanah sebagai digester dengan mempertimbangkan harga drum maupun tower tersebut.
Apabila ingin lebih rapi dan tetap (fixed), peternak dapat membuat digester dengan batu dan semen dengan memperhatikan penghitungan kapasitas dari kotoran puyuh. Sistem penyimpanan (storage) dapat digabungkan menjadi satu dengan digester atau terpisah menggunakan balon-balon plastik yang sudah tersedia dipasaran. Dengan sistem terpisah, jumlah gas yang keluar dari digester dapat dideteksi secara manual dengan menggelembungnya balon plastik tersebut.
Banyak faedah yang dapat diambil dari sebuah sistem biogas ini yitu berupa sumber energi biogas dan sludge. Biogas berupa gas metana (50% lebih) dan sludge diambil dari ampas yang dapat digunakan pupuk.
Sumber energi gas metana yang dihasilkan melalui proses ini dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar fosil untuk memasak sehingga dapat mengurangi biaya untuk membeli bahan bakar gas (elpiji) ataupun minyak tanah. Apabila kotoran ini memiliki jumlah yang besar maka dapat dipergunakan sebagai pembangkit listrik mikro. Cara yang pergunakan adalah membentuk kelompok peternak untuk pengumpulan kotoran pada satu sitem anaerobik digestion yang terintegrasi. yaitu dengan cara memiliki bergabung.
Sludge merupakan hasil samping dari proses anaerobik digestion. Material yang berupa padat atau cair ini dapat digunakan sebagai pupuk karena sifatnya yang menyerupai pupuk kompos. Persamaan itu ada pada kandungan N 1,82%, P 0,73% dan K 0,41% untuk sludge dan untuk pupuk kompos sendiri memiliki kandungan N 1,45%, P 1,10% dan K 1,10%. Disamping itu menurut hasil penelitian, sludge ini mengandung lebih sedikit bakteri patogen (bakteri yang menimbulkan penyakit) sehingga aman bagi tanaman. Inilah solusi bagi masyarakat boyolali terutama peternak puyuh untuk mendayagunakan kotoran yang tidak bernilai menjadi bahan yang memiliki manfaat ganda. Semoga bisa mendayagunakanya.(owner of scholarships beasiswa,
camera and tips, Traveling blog)
Sumber: dikti.org

No comments:

Post a Comment